Kamis, 09 Januari 2014

TEKNIK PENGUMPULAN DATA KUANTITATIF



TEKNIK PENGUMPULAN DATA KUANTITATIF
      Terdapat dua hal utama yang dapat mempengaruhi kualitas data dan hasil data penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian  dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen, sedangkan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data.
      Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting nya data dapat dikumpulkan pada setting alamiah,. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sedangkan bila dilihat dari teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara interview, kuesioner, observasi, dan gabungan ketiganya.
A.   Interview (Wawancara)
 Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan daa apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau  self-report, atau setidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang penelitian dalam mengemukakan metode interview dan juga kuesioner (angket) adalah sebagai berikut:
1.    Bahwa subyek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.
2.    Bahwa apa yang telah dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.
3.    Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.
    Wawancara dapat dilakukan  secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka maupun dengan menggunakan telepon.
1.    Wawancara Terstruktur
    Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan poengumpul data mencatatnya.
Dalam melakukan wawancara, selain hrus membawa instrumen sebagai peomannya, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur yang dapat membantu dalam pelaksanaan wawancara.
     Berikut ini contoh wawancara terstruktur tentang tanggapan masayarakat terhadap berbagai pelayanan pemerintah kabupaten tertentu yang diberikan kepada masyarakat. Pewawancara melingkari salah satu jawaban yang diberikan responden.
1.    Bagaimanakah tanggapan bapak/ibu terhadap pelayanan pendidikan di Kabupaten ini?
a.    Sangat Bagus
b.    Bagus
c.    Tidak bagus
d.    Sangat tidak bagus
2.    Bagaimanakah tanggapan bapak/ibu terhadap pelayanan kesehatan di Kabupaten ini?
a.    Sangat Bagus
b.    Bagus
c.    Tidak bagus
d.    Sangat tidak bagus
3.    Bagaimanakah tanggapan bapak/ibu terhadap pelayanan bidang transportasi di Kabupaten ini?
a.    Sangat jelek
b.    Jelek
c.    Bagus
d.    Sangat bagus
4.    Bagaimanakah tanggapan bapak/ibu terhadap pelayanan urusan KTP Kabupaten ini?
a.    Bagus sekali
b.    Bagus
c.    Jelek
d.    Sangat jelek
5.    Bagaimanakah tanggapan bapak/ibu terhadap pelayanan penerangan jalan di Kabupaten ini?
a.    Sangat baik
b.    Baik
c.    Tidak baik
d.    Sangat tidak baik
6.    Bagaimanakah tanggapan bapak/ibu terhadap pelayanan saluran air di Kabupaten ini?
a.    Sangat jelek
b.    Jelek
c.    Bagus
d.    Sangat bagus
7.    Bagaimanakah tanggapan bapak/ibu terhadap pelayanan bidang keamanan di Kabupaten ini?
a.    Sangat bagus
b.    Bagus
c.    Jelek
d.    Jelek sekali
8.    Bagaimanakah tanggapan bapak/ibu terhadap pelayanan bidang sarana prasarana jalan di Kabupaten ini?
a.    Sangat baik
b.    Baik
c.    Jelek
d.    Sangat jelek
9.    Bagaimanakah tanggapan bapak/ibu terhadap peleyanan rekreasi di Kabupaten ini?
a.    Sangat memuaskan
b.    Memuaskan
c.    Tidak memuaskan
d.    Sangat tidak memuaskan
10. Bagaimanakah tanggapan bapak/ibu terhadap pelayanan air minum di Kabupataen ini?
a.    Sangat bagus
b.    Bagus
c.    Jelek
d.    Sangat jelek

2.    Wawancara Tidak Terstruktur
    Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
               Contoh
Bagaimanakah pendapat bapat/ibu terhadap kebijakan pemerintah terhadap Perguruan Tinggi Badan Hukum? Dan bagaimanakah peluang masyarakat miskin dalam memperoleh pendidikan tinggi yang bermutu?
    Wawancara tidak terstruktur atau terbuka, sering digunakan dalam penelitian pendahuluan untuk penelitian yang lebih mendalam tentang responden. Pada penelitian pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada pada obyek, sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti.
      Untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam tentang responden, maka peneliti dapat juga menggunakan wawancara tentang responden, maka peneliti dapat juga menggunakan wawancara tidak terstruktur.
Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada suatu tujuan.
     Informasi atau data yang diperoleh dari wawancara sering bias. Bias adalah menyimpang dari yang seharusnya, sehingga dapat dinyatakan data tersebut subyektif dan tidak akurat. Kebiasaan data ini akan tergantung pada pewawancara, responden dan situasi, kondisi pada saat wawancara.
  1. Observasi
Sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik lain yaitu wawancara dan kuesioner.kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang maka observasi tidak terbatas pada orang tetapi juga obyek-obyek lain.
Sutrisno hadi (1986) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses pengamatan dan ingatan
1.    Observasi partisipan
Dalam observasi ini observer ikut berperan serta dengan apa yang dilakukan oleh obyek yang diteliti. Sehingga mengetahui suka dukanya. Jadi data yang diperoleh lebih tajam fan lengkap
2.    Observasi nonpartisipan
Dalam observasi ini peneliti hanya mengawasi obyek tanpa ikut melakukan apa yang dilakukan obyek seperti pada observasi partisipan. Pengumpulan data seperti ini kurang mendalam karena peneliti hanya mengamati dan menyimpulkan.
a.    Observasi terstruktur
Observasi ini disusun secara sistematis tentang apa yang diamati, kapan dan dimana meneliti. Penelitian ini dilakukan jika peneliti sudah tahu tentang apa yang akan diteliti dan juga peneliti menggunakan instrumen yang sudah teruji validitas dan reliabilitasnya.
b.    Observasi tidak terstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tenteng apa yang diteliti. Karena peneliti belum tahu tentang apa yang akan diteliti. Instrumen hanya berupa rambu-rambu pengamatan
C.   Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar diwilayahyang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet.
Uma Sekaran (1992) mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan angket sebgai teknik pengumpulan data yaitu : prinsip penulisan, pengukuran dan penampilan fisik.
Prinsip penulisan angket:
a.    Isi dan tujuan pertanyaan
Maksudnya adalah apakah pertanyaan itu merupakan bentuk pengukuran atau bukan? Kalau pengukuran harus tekliti dalam pembuatannya
b.    Bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunakan dalam penulisan kuesioner harus disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden. Artinya bahasa yang digunakan harus dapat dipahami responden.
c.    Tipe dan bentuk pertanyaan
Pertanyaan yang ddigunakan dapat terbuka atau tertutup. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang mengharapkan responden menulis jawabannya dalam bentuk uraian tentang sesuatu hal. Sedangkan pertanyaan tertutup adalah yang jawabannya hanya ‘ya’ atau ‘tidak’
d.    Pertanyaan tidak mendua
Artinya jawabannya tidak mendua
Sehingga menyulitkan respoden untuk menjawab pertanyaan tersebut
e.    Tidak menanyakan yang sudah lupa
Setiap pertanyaan dalam instrumen angket, sebaiknya juga tidak menanyakan hal-hal yang sekiranya responden sudah lupa atau pertanyaan yang memberatkan responden untuk menjawab
f.     Pertanyaan tidak menggiring
Artinya pertanyaan tidak menggiring pada hal-hal yang baik saja. Misal bagaiman prestasi belajar anda di sekolah? Maka responden akan cenderung menjawab pada hal-hal yang baik
g.    Panjang pertanyaan
Sebaiknya pertanyaan tidak terlalu panjang sehingga tidak membuat responden jenuh. Jika respondeen banyak maka perlu adanya variasi
h.    Urutan pertanyaan
Pertanyaan bisa dimulai dari yang umum ke yang lebih spesifik, yang mudah ke yang lebih sulit, atau diacak. Sehingga responden tidak patah semangat jika belum-belum sudah diberi pertanyaan yang sulit
i.      Prinsip pengukuran
Angket merupakan instrumen untuk mendapat data. Oleh karena itu instrumen harus valid dan reliabel. Sehingga memperoleh penelitian yang valid dan reliabel.
j.      Penampilan fisik angket
Jika penampilan angket bagus maka responden akan lebih respect. Namun jika angket dicetak dengan kertas buram maka akan mendapat respon yang kurang baik dari responden
VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN
Dalam hal ini perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan instrumenyang valid dan reliabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Jika dalam obyek berwarna merah, sedangkan data yang terkumpul warna putih maka hasil penelitian tidak valid. Selanjutnya hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Kalau dalam objek kemarin berwarna merah, maka sekarang dan besok tetap berwarna merah.
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang, tetapi meteran tersebut tidak vailid jika digunakan untuk mengukur berat. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama dan akan menghasilkan data yang sama pula.
Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Jadi instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Hal ini masih dipengaruhi oleh objek yang akan diteliti dan kemampuan orang yang menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu peneliti harus mampu mengendalikan objek yang diteliti dan meningkatkan kemampuan dalam menggunakan instrumen untuk mengukur variabel yang diteliti.
Instrumen-insteumen dalam ilmu alam, misalnya meteran, thermometer, timbangan biasanya telah diakui validitas dan reliabilitasnya (kecuali yang sudah rusak atau palsu). Instrumen-instrumen itu dapat dipercaya validitas dan reliabilitasnya karena sebelum instrumen itu digunakan telah diuji dari validitas dan reliabilitasnya.
Instrumen-instrumen dalam ilmu sosial sudah ada yang baku (standard), karena telah diuji validitas dan reliabilitasnya, tetapi banyak juga yang belum baku bahkan belum ada. Untuk itu maka penelitin harus mampu menyusun sendiri instrumen pada setiap penelitian dan menguji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen yang tidak diuji validitas dan reliabilitasnya bialdigunakan untuk penelitian akan menghasilkan data yang sulit dipercaya kebenarannya.
Instrumen yang reliabel belum tentu valid. Meteran yang putus dibagian ujungnya, bila digunakan berkali-kali akan menghasilkan data yang sama (reliabel) tetapi selalu tidak valid. Hal ini disebabkan karena instrumen (meteran) tersebut rusak. Reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Oleh karena itu instrumen yang valid umumnya pasti reliabel, tetapi pengujian reliabilitas instrumen perlu dilakukan.
Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Kuantitatif
a.    Pengujian Validitas Instrumen
1)    Pengujian Validitas Konstrak (Construck Validity)
DaLam pengujian validitas konstrak, dapat digunakan dari ahli (judgment exspert). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksikan tentang aspek-aspek yang akan diukur denga berlandaskan teori tertentu, kemudian dikonsultasikan dengan ahl, apakah mereka akan memberi keputusan instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak total. Jumlah tenaga akhi yang dibutuhkan minimal 3 dan umumnya mereka yang telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti.
Setelah pengujian konstrak dari ahli dan berdasarkn pengalaman empiris dilapangan selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Dimana instrumen dicobakan pada sampel dari mana populasi diambil dan kira-kira sampelnya 30 orang. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktordan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total.
2)    Pengujian Validitas Isi (Content Validity)
Untuk instrumen yang berbentuk tes, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instruman dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Namun jika instumen akan mengukur efektivitas pelaksanaan program, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isis instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan.
Secara teknis, pengujian validitas konstrak dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen, atau matrik pengembangan instrumen. Dalam kisi-kisi terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir pertanyaan yang telah dijabarkan dari indikator.
3)    Pengujian Validitas Eksternal
Validitas ekstenal instrumen diuji dengan cara membandingkan antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi dilapangan.
Instrumen penelitian yang memiliki validitas eksternal yang tinggi akan mengakibatkan hasil penelitian mempunyai valditas eksternal yang tinggi. Untuk meningkatkan validitas eksternal, dapat dilakukan dengna memperbesar jumlah sampel.
b.    Pengujian Reliabilitas Instrumen
a.    Test-Retest
Instrumen penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan test-retest dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Dimana instrumennya sama, respondennya sama, dan waktunya yang berbeda.
b.    Ekuivalen
Instumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya sama.
Pengujian ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua, pada responden yang sama, waktu sama, instrumen berbeda.reliabilitas instruman dihitung dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan data instrumen yang dijadikan equivalen. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrumen dinyatakan reliabel.
c.    Gabungan
Pengujian ini dilakuakan dengan cara mencobakan dua instrumen yang equivalen itu berkali-kali, ke responden yang sama. Dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua, selanjutnya dikorelasikan secara silang, seperti ilustrasi bagan dibawah ini:
Pengujian
KeI                                              r.1
                                                             r.5        r.6

                         r.3                                                                    r.4
Pengujian
Ke II
r. 2
d.    Internal Consistency
Pengujian ini dilakukan denga cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian yang data diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu, yakni
1)    Rumus Spearman Brown
sreaman
Dimana:
- ri = reliabilitas internal seluruh instrumen
- rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua
2)    Rumus KR. 20 (Kuder Richardson)
=
Dimana:
-k =jumlah item dalam instrumen                        - = varians total
-pi = proporsi banyaknya subjek yang menjawab pada item1
-qi = 1-pi
3)    Rumus KR. 21
-k= jumlah item dalam instrumen                        -= varians total
-M= mean skor total
4)    Analisis Varians Hoyt (Anova Hoyt)
 
Dimana:
-MKs= mean kuadrat antara subjek
-MKe= mean kuadrat kesalahan
-= reliabilitas instrumen


Pertanyaan:
1.    Skala pengukuran yang paling efektif untuk penelitian kuantitatif itu apa?
2.    Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian dipilih berdasarkan?
3.    Penyusunan instrumen untuk sebuah penelitian didasarkan pada aspek apa saja?
4.    Bagaimanakah cara menarik sebuah indikator dari sebuah tema pokok?
5.    Tingkat validitas sebuah instrumen dapat diukur dari?
6.    Pengujian tingkat validitas apakah yang harus dilakukan oleh seorang yang ahli?
























DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (mixed method). Bandung : Alfabeta
Azwar, Syaifudin. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

0 komentar:

Posting Komentar

berikan komentaraan mu yang layak